Laman

WELLCOME TO MY BLOG

cEst La Vie ..
U....READY !! GO TO THE ROCKK
peacee

Jumat, 08 April 2011

Visual Key from japan

Mana (マナ)

Sosok Mana tak terbatas hanya dikenal di kalangan fans Malice Mizer dan Moi dix Mois saja, namun pencinta gothic lolita fashion, plus fans Kanon Wakeshima pastinya sangat familiar dengan artis misterius namun serba bisa ini.
Mana yang lahir pada 19 Maret di Hiroshima, sudah mengenal musik klasik sejak kecil dari orang tuanya, yang keduanya memang guru musik. Mana juga mengaku pertama menciptakan musik saat masih SMU, yang pada saat itu banyak terinspirasi dari Mötley Crüe, selain itu Mana juga fans musik2 karya Bach. Musik Mana didominasi style classic ala baroque (era 1600-1700), dengan warna instrument pipe organ dan harpsichord yang terkombinasi harmonis dengan sentuhan heavy metal, gothic rock, industrial musik plus element French pop. Setelah lulus dari Akademi musik, Mana hijrah ke Tokyo dan memulai karir musiknya.
Band pertama Mana dikenal dengan nama Girl’e, dengan style musik punk kid dan hardcore yang aktif di era 1989-1990, disusul Matenrou (摩天楼) , dan di tahun 1991, Közi (ex-guitarist band The Reinsight) bergabung dengan band Matenrou. Namun band ini bubar pada April 1992. Melanjuti bubarnya Matenrou, pada bulan Agustus tahun itu juga, mereka berdua membentuk band Malice Mizer (yang aktif sampai December 2001), dimana posisi Mana sebagai lead guitarist, chief songwriter, koreografer, dan artistic director. Malice Mizer sendiri terdiri dari era 3 vocalist, Tetsu (era 1992-1994), Gackt (era 1995-1999) yang membawa Malice Mizer ke puncak ketenarannya, namun tiba2 Gackt mengundurkan diri pada Januari 1999 tanpa sebab yang jelas (walau menurut rumor, Gackt “dikeluarkan” oleh Mana karena perbedaan prinsip bermusik yang sudah tidak terkompromikan lagi), lalu Klaha menggantikan Gackt (era 2000-2001) yang kemudian juga mengundurkan diri. Mana juga mendirikan label musik indie “Midi:Nette” yang memproduksi sebagian besar single dan album Malice Mizer.
Setelah hiatusnya Malice Mizer, Mana membentuk band projectnya pribadi, Moi dix Mois, dan sekali lagi Mana “mendominasi” band ini sebagai produser, penulis lirik, direktur bahkan designer costum member Moi dix Mois saat tampil live. Moi dix Mois juga berdiri dibawah naungan label “Midi:Nette” milik Mana, dengan warna musik yang serupa dengan Malice Mizer. Moi dix Mois juga mengkombinasikan element kecantikan dan kegelapan, elegant namun agresif, kreatifitas dan kehancuran, masih dengan image gothic masing2 membernya dan warna musik gothic classic “ala” Mana. Band ini awalnya terbentuk dengan formasi Juka (Vocalist), Mana (Guitarist), Kazuno (bass) dan Tohru (Drums) namun Juka, Tohru dan Kazuno mengundurkan diri di tahun 2005 dan sampai saat ini posisi Juka digantikan Seth sebagai Vocalist, Sugiya (Bass), dan Hayato (Drums). Mana juga mendirikan fans-club kalangan International plus men-setting distribusi karya2 musik dan fashionnya dikalangan International tahun 2004. Moi dix Mois pertama kali memulai debut konser Internationalnya di tahun 2005 di Munich dan Paris. Mana juga tercatat pernah diinterview dengan berbagai media International, seperti German Gothic Magazine “Orkus”. Moi dix Mois tercatat masih aktif yang merilis album terakhirnya “Dixanadu” pada 28 Maret 2007 dan menjalani tour sekitar Eropa yang kedua pada bulan October 2007 yang DVD concertnya dirilis pada bulan January 2008.
MM2
Tahun 1999, Mana juga mendirikan label fashion “Moi-même-Moitié” yang dalam bahasa Perancis bermakna “moi-même” (myself) dan “moitié” (half), walau begitu expresi “Moi-même-Moitié” sebenarnya tidak eksis dalam bahasa Perancis. Moi-même-Moitié terdiri dari 2 design yaitu “Elegant Gothic Lolita” dan “Elegant Gothic Aristrocrat” dan Mana sendiri yang tampil sebagai model produk2nya. Bagi fans berat Mana plus merchandise lolita gothic seperti fashion, perhiasan, handbag, produk2 “Moi-même-Moitié” dengan desain yang menurutku sangat “menggiurkan” bisa dibeli secara International di : Moi-même-Moitié (International) dan di Jepang Moi-même-Moitié (Japan). Beberapa toko produk Moi-même-Moitié juga bisa ditemui di Tokyo dan Hiroshima.
Tercatat tahun 2002, band Schwarz Stein juga berdiri dibawah naungan label musik Mana, “Midi:Nette”, namun bubar pada 2004 dan kabar terakhir Mana juga memproduseri Kanon Wakeshima yang memulai debutnya pada bulan Mei 2008 dibawah naungan Sony Defstar Records.


BEBERAPA FAKTA MENGENAI MANA :
  • Sangat jarang tersenyum, atau berbicara dihadapan public atau interview. Mana biasanya bakal membisikkan sesuatu pada member band yang lain/interpreter dalam menjawab pertanyaan interviewer, menunjukkan kartu Yes/No sebagai expresi pantonim, menatap sekilas ke kamera saat subtitle muncul. Hal ini dikarenakan menurut Mana, musik adalah “suara” nya yang berbicara mengenai jati dirinya.
  • Salah satu insiden Mana berbicara secara langsung saat interview Malice Mizer pada tahun 1996 oleh TV Shot Hotwave, saat itu secara tidak sengaja keceplosan menjawab pertanyaan dengan memperkenalkan diri dan posisinya dalam band. Setelahnya, Mana selalu menjawab pertanyaan dengan berbisik pada Gackt, sebagai interpreternya.
  • Saat interview promosi single “Gekka no Yasoukyoku” Mana yang duduk di lantai dan ditanya sang interviewer mengapa, Mana menjawab secara langsung “Because it’s cute”
  • Menyumbangkan vocalnya dalam single “Kyomu no Naka de no Yuugi” walau kedengaran “menyimpang” dan dirumorkan berbisik dalam single “Saikai no Chi to Bara” di menit 03:20
  • Dirumorkan juga sebagai member unknown Moi dix Mois “Shadow X”
  • Pertama bertemu Gackt tahun 1995 dan mereka dinner bersama tanpa banyak berbicara dan mereka merasakan keanehan pada pasangan satu sama lain
  • Mana tidak pernah tampak berpakaian secara casual, tak terlepas walau sekedar shopping di convenience store yang terdekat dari rumahnyapun, selalu tampil gothic lolita dengan make upnya yang massive itu (hahaha :D )
  • Penggemar berat videogame terutama racing game
  • Sampai saat ini, nama asli Mana plus tahun kelahirannya masih misterius

PROFILE :
  1. Name : Mana
  2. Tempat / Tanggal Lahir : Hiroshima / 19 Maret
  3. Gol. Darah : O
  4. Aktif sejak : 1991 – present
  5. Musik genre : Gothic metal, symphonic metal, alternative metal, Visual Kei, J-Rock
  6. Instrument : Gitar, keyboard, bass dan drums
  7. Occupation : Musisi, fashion designer
OHP : HERE!
Mana bisa disebut sebagai “pelopor” Symphonic Metal music di Jepang, sekaligus trendsetter gothic lolita fashion dan desainer tenar di kalangan Jepang & Internasional. Sungguh, seorang Mana dengan sejuta keunikan dan talenta, “cantik”, dingin dan misterius, tidak hanya sekedar seorang gitaris, Mana juga sekaligus memproduseri, menulis lirik, komposer, bahkan mengatur segala tetek bengek live, mulai dari disain costum sampai penampilan, sosok yang tampaknya super perfeksionist. Walau kadang aku pribadi bertanya2 “Mengapa setiap Mana membentuk band, kebanyakan personnelnya tidak bisa bertahan lama?” namun terlepas dari itu, Mana adalah sosok senior yang banyak berperan di kancah musik J-Rock dan Visual Kei dan salah satu artist yang paling aku hormati, sepantasnya aku beri julukan “Queen of Visual darkness”, hmm… bagaimana menurut kalian, terutama para fans Visual Kei dan Mana? :)

The freshest in culture. PopPressed Featured on PopPressed

Kamis, 07 April 2011

Black Majesty - Silent Company

Black Majesty Forever Damned Promo 2007

BLACK MAJESTY forever damned

BLACK MAJESTY forever damned

Power Symphony - Mother Moon

POWER SYMPHONY - LUCIFER (Lightbringer) Lyrics

peace of fury

1
  • Latest Album

The Best of Obituary

Format: CD
Release Date: 01.29.2008
  • Discography
The Best of Obituary
Released: 01.29.2008
Frozen In Time
Released: 07.19.2005
The End Complete/World Demise
Released: 01.27.2004
Slowly We Rot/Cause of Death
Released: 09.01.2003
Anthology
Released: 01.23.2001

Wiki Bio Official Biography

As hard as it is to fathom, Florida death metal pioneers, Obituary, owe a lot to melodic hard rock goofball Andrew WK. The band had been on indefinite hiatus since 1997 and by the middle of 2002 playing together again was the furthest thing on their minds. Singer John Tardy was working at a computer company, guitarist Trevor Peres was in Catastrophic, guitarist Allen West was in Lowbrow, bassist Frank Watkins was hawking mortgages, and drummer Donald Tardy was playing live with Andrew WK. Then, before an Ozzfest gig in West Palm Beach, Andrew WK called John and Frank and invited them to play a few songs onstage with him.

"We hooked up to practice a couple songs and we remembered how fun it was to play together," John says. "That's all it took. We ended up doing a couple shows that were really well received, and things just snowballed from there."

In early 2004, Obituary finally decided to start working on their sixth studio record. Often, when bands haven't been together for years, writing sessions are initially strained or unproductive and it takes a while for the musicians to get back on their creative feet. Obituary had no such problem.

"It was really like putting on an old pair of shoes," John says. "It didn't seem like it had been six years at all, it was more like the blink of an eye. Some of us had longer beards than we used to have but everything felt the same. After about five minutes together, we were totally back at 100 percent."

One listen to the band's new album, Frozen In Time, and it's clear that Obituary have returned with the same force and fortitude they had in the early '90s. "On the Floor" opens with an incisive, churning riff, thunderous beats and bloodcurdling vocals before shifting into a chugging, bone-splintering breakdown, "Blindsided" rides a gradually ascending hate groove to a destination just south of Hell, and "Back Inside" fuses colossal crunch with pummeling double-bass drumming to create a deadly mosh pit firestorm.

"When I sit and listen to it, I hear some songs that sound like they might have come off of our Slowly We Rot record and others that sound like they might have come off of World Demise," John says. "Then there are others that are unique to us and different than what we've done in the past. So it's really well rounded, and at the same time, it's the heaviest thing we've ever done."

Obituary spent three months writing the album and practiced the songs until they could play them blindfolded. Then, they took a trip down memory lane, coaxing veteran metal producer Scott Burns out of retirement and working with him at their old stomping ground, Morrisound studios in Tampa, Florida. They also worked with producer Mark Prator at his Tampa ProTools Studio, Red Room Recorders.

"That was incredible because we've watched Mark grow up through the years," John says. "On our second record, he was emptying garbage cans at the studio, and now he has his own studio. And being back with Scott was amazing. We've known him so long and he has an instinct for what Obituary should sound like."

From start to finish, Frozen In Time was created without any major trauma or turbulence. In fact, one of the biggest challenges for Obituary happened after they finished in the studio and were trying to come up with a name for the record. They considered titling it after one of the album tracks, but decided that no single cut could adequately represent the album. They thought about naming it something that would reference to their reunification after seven long years. Finally, they decided they were best off with Frozen In Time.

“After six years of inactivity, it's like we awakened out of hibernation just as heavy as we were before. It was like our sound was frozen in time, ” John says. “This album isn't a new beginning, it's just what we've always done - just newer and better.”

Minat

  • http://www.youtube.com/watch?v=AOje5eecMMI